Beberapa Gangguan Bahasa Bicara yang Dapat Terjadi pada Anak

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhUL7tZiUCDBNcyDsXzYz2h65o8a_Az-Bh7zmZkGoy73AmBlN2thRsXvJX9aoKCdqX2xUYkZY15KgvUmiQm66VM6hYzSdrRVEF4J93O3sjn56c-_ZvesuRhCaqPfgZlROB4VOjd5Qmuu7isrgRHu7HCVQtQ8g8-W1FSavC9z0zoWeG4EgCLm6AuijWo=s750" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="anak_bermain" border="0" data-original-height="400" data-original-width="750" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhUL7tZiUCDBNcyDsXzYz2h65o8a_Az-Bh7zmZkGoy73AmBlN2thRsXvJX9aoKCdqX2xUYkZY15KgvUmiQm66VM6hYzSdrRVEF4J93O3sjn56c-_ZvesuRhCaqPfgZlROB4VOjd5Qmuu7isrgRHu7HCVQtQ8g8-W1FSavC9z0zoWeG4EgCLm6AuijWo=w400-h214" title="bermain sangat baik untuk perkembangan anak" width="400" /></a></div><br /><div><br /></div><div><br /></div>Artikel ini telah terbit di detik[dot]com dengan judul : Ini Daftar Gangguan Bicara yang Bisa Terjadi Pada Anak<br /><br />Gangguan bicara pada anak sebagian besar disebabkan karena kurangnya stimulasi. Dokter mengatakan kurangnya stimulasi membuat anak rentan telat bicara, atau yang dalam istilah kedokteran dikenal sebagai <i>speech delay</i>. <div> "Dari pengalaman saya sih yang paling banyak dikeluhkan orangtua adalah <i>speech delay</i> alias telat bicara. Banyak orang tua yang membawa anaknya setelah berusia 2 tahun karena belum bisa bicara apa-apa selain mama atau papa," tutur dr Meta Hanindita, SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya kepada detikHealth dan ditulis Rabu (16/9/2015). </div><div>dr Meta mengatakan <i>speech delay</i> biasanya terjadi karena anak kurang diajak ngobrol, lebih sering nonton tv dan main gadget, atau tumbuh di keluarga yang bilingual (dua bahasa). Kurangnya interaksi ini membuat anak sulit mengembangkan kemampuan bicara. <br /><br /></div><div>Dihubungi terpisah, terapis wicara dari RS Harapan Kita, Rita Rahmawati A.md. TW, S.Pd, mengatakan ada beberapa jenis gangguan bicara yang dikelompokkan berdasarkan penyebabnya. Ada gangguan bicara akibat lingkungan, ada juga yang memang merupakan bawaan lahir. Beberapa gangguan bicara tersebut antara lain: </div><div>a) Gangguan bicara karena faktor kongenital</div><div>b) Gangguan bicara karena hilang fungsi pendengaran disebut disaudia (pada anak - anak tuna rungu) </div><div>c) Gangguan bicara karena kelainan fungsi neuromuskuler disebut disartria (biasa pada anak <i>cerebal palsy</i>) </div><div>d) Gangguan bicara karena kelainan struktur organ bicara disebut disglosia ( biasa pada anak CBL, <i>tounge tie</i>/tali lidah pendek, mal oklusi) </div><div>e) Gangguan bicara karena tingkat kecerdasan yang kurang disebut dislogia (biasa pada anak <i>down syndrom</i>, anak-anak dengan keterbelakangan mental ) </div><div>f) Gangguan bicara karena lingkungan dislalia (anak yang cadel, sulit bicara) </div><div>g) Gangguan irama kelancaran (<i>stuttering </i>dan <i>cluttering</i>) biasa pada anak gagap dan anak yg bicara terlalu cepat </div><div><br /></div><div>Untuk mengatasinya, sangat tergantung kepada penyebab. Jika gangguan bicara terjadi karena faktor kongenital atau bawaan lahir, maka harus meminta bantuan ke dokter. Namun jika gangguan terjadi akibat faktor lingkungan bisa diatasi dengan memberikan pendidikan ke orang tuanya. "Gangguan bicara karena faktor lingkungan dapat mengatasinya dengan cara mencegahnya terlebih dahulu dan memulai pola asuh yang tepat agar anak tidak mengalami keterlambatan bicara," pungkasnya. <br /><br />(mrs/up) <br /><br />sumber : https://health.detik.com/ulasan-khas/d-3020239/ini-daftar-gangguan-bicara-yang-bisa-terjadi-pada-anak</div>

Beberapa Gangguan Bahasa Bicara yang Dapat Terjadi pada Anak

Artikel ini telah terbit di detik[dot]com dengan judul : Ini Daftar Gangguan Bicara yang Bisa Terjadi Pada Anak Gangguan bicara pada anak se...

Baca selengkapnya »

Cindy Fatikasari: Berkah Terindah yang Dititipkan Allah Kepada Keluarga Kami

<div>Liputan6.com, Jakarta - Cindy Fatikasari mengungkap pengalaman penuh haru saat sang anak, Tengku Omar Atalla berhasil lulus sekolah dasar, baru-baru ini. Ini merupakan hal luar biasa, mengingat Omar adalah anak dengan gangguan spektrum autisme, atau Autism Spectrum Disorder (ASD).</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEmD86X3-bqyie0McO09iF350W4gBkr434Xcr2bew9q1rullw8QXlnyEwBcsvcZEKHIOmLlY5z9eiu9aD1fRDf1YDT92vTPjyGuRt2EFLjvtjygOgKGgXshzXr1p58OORqZs8Q_AY9PZ0/s1066/Cindy.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="599" data-original-width="1066" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEmD86X3-bqyie0McO09iF350W4gBkr434Xcr2bew9q1rullw8QXlnyEwBcsvcZEKHIOmLlY5z9eiu9aD1fRDf1YDT92vTPjyGuRt2EFLjvtjygOgKGgXshzXr1p58OORqZs8Q_AY9PZ0/s320/Cindy.JPG" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cindy Fatikasi dan Omar</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div>Cerita tersebut ditulis melalui keterangan foto yang diunggah di Instagram pribadi Cindy Fatikasari. Dalam foto tersebut, Omar yang mengenakan tog</div><div>a tampak tersenyum bersama sang ibu yang terlihat bangga dengan pencapaiannya.</div><div>"Menyelesaikan 6 tahun pendidikan akademis di </div><div>Sekolah Dasar bukanlah hal yang mudah bagi anak dengan ASD (Autism Spectrum Disorder) seperti Omar. Alhamdulillah dengan pertolongan Allah , melalui guru2, tutor2 dan para terapisnya yang baik2 banget, akhirnya 6 th pendidikan SD terlalui sudah," tulis Cindy Fatikasari.</div><div>Setelah lulus dari sekolah dasar, Cindy Fatikasari berniat melanjutkan pendidikan sang anak ke jenjang sekolah menengah pertama. "Dan untuk jenjang pendidikan SMP kami memutuskan untuk mengganti program belajar Omar dari akademis ke <i>vocational school</i> yang lebih fokus ke minat, bakat, kemandirian dan <i>life skills</i>," lanjut Cindy Fatikasari.</div><div><br /></div><div>Namun, ternyata bukan hal itu saja yang ingin disampaikan Cindy Fatikasari. Istri Tengku Firmansyah tersebut mengungkap betapa beruntungnya ia memiliki anak berkebutuhan khusus seperti Omar.</div><div><br /></div><div><i>"We love him just the way he is. He is the sweetest and the cutest, his soul is just so pure,</i> (Kami mencintai dia apa adanya. Dia adalah anak yang paling manis dan imut, jiwanya begitu suci). Keinginan duniawi ngga mendominasi dirinya (jadi malu sama diri sendiri yang BM alias banyak mau nya ini) . Pantaslah kalo anak2 berkebutuhan khu</div><div>sus itu adalah calon penghuni surga, jiiwanya bersih banget," ungkap Cindy Fatikasari.</div><div>Bagi Cindy Fatikasari, Omar adalah salah satu alasan terbesar bagi keluarga untuk selalu bersyukur pada Tuhan. "Omar adalah berkah terindah yang dititipkan Allah kepada keluarga kami. <i>There isn't a day goes by without us feeling extremely grateful for having Omar in our lives.. </i>(Tak ada hari tanpa rasa syukur begitu besar yang kami panjatkan karena keberadaan Omar di hidup kami) Alhamdulillah," Cindy Fatikasari menandaskan.</div><div><br /></div><div>sumber : https://www.liputan6.com/showbiz/read/2992955/punya-anak-berkebutuhan-khusus-cindy-fatikasari-berkah-terindah</div>

Cindy Fatikasari: Berkah Terindah yang Dititipkan Allah Kepada Keluarga Kami

Liputan6.com, Jakarta - Cindy Fatikasari mengungkap pengalaman penuh haru saat sang anak, Tengku Omar Atalla berhasil lulus sekolah dasar, b...

Baca selengkapnya »

Belajar di Rumah bersama TVRI

<div><br /></div><div style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="750" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho_vipspbSLof0LeWrePgKQQHdVo_DiS8uKQW8HUNrTUQz6u-fra1oh5VeI0WglSEy-ol4i3lYCa0d_MLNh0M44z_lGF7hphoH05_4tWJeQ5C6vn37OmMd1ohG-qqVMmKLHi6rq7he3EU/s320/tvri.jpg" width="320" /></div><div><br /></div><div>Pandemi virus corona atau Covid-19 telah memaksa berbagai aktivitas untuk dilakukan di rumah, yakni bekerja dari rumah bagi karyawan, dan belajar dari rumah bagi pelajar maupun mahasiswa. Terkait hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan program belajar dari rumah belum lama ini.</div><div><br /></div><div>Program ini bekerja sama dengan satu-satunya perusahaan televisi milik pemerintah, TVRI, yang sudah berjalan sejak Senin, 13 April 2020. Program acara belajar dari rumah tersebut dianggap sangat membantu para peserta didik yang saat ini sedang dalam fase belajar dari rumah masing-masing. Tak hanya itu, orangtua pun bisa sambil menikmati tayangan acara bertema parenting di sela-sela acara.</div><div><br /></div><div>Program belajar dari rumah tersebut pun mendapatkan respons positif baik dari tenaga pendidik atau guru, orangtua murid, serta para pelajar dan mahasiswa.</div><div><br /></div><div>Seperti yang diungkapkan oleh Rohmadi salah satu tenaga pendidik yang mengajar di SDN Gunongsekar 2 Sampang, Madura, Jawa Timur. Menurutnya belajar di rumah melalui TVRI sangat menyenangkan bagi anak. Karena materi yang disajikan melalui gambar dan penyajian yang menarik membuat anak lebih cepat paham.</div><div><br /></div><div>“Apalagi SDN Gunongsekar 2 merupakan sekolah inklusi dengan 15 anak berkebutuhan khusus (ABK). Contohnya Arka kelas 1 adalah ABK (autis) yang aktif mengikuti program belajar bersama TVRI. Ketika belajar tidak bisa fokus. Bersama TVRI Arka bisa belajar dengan fokus sampai selesai dan bisa menjawab pertanyaan. Karena materi yang disajikan menarik. Setiap hari Arka menunggu acara belajar bersama TVRI,” kata Rohmadi, yang disampaikan melalui wawancara online, Jumat, 24 April 2020.</div><div><br /></div><div>Ia berharap kegiatan yang sangat membantu para guru ini ke depan materi di buat perkelas saja agar lebih memudahkan siswa, dengan pengajar yang berbeda. “Saya juga mohon channel TVRI semakin di perkuat, karena di Sampang salurannya banyak gangguan,” ujarnya.</div><div><br /></div><div>Rohmadi juga berharap melihat penyajian materi yang menarik, sangat perlu dilanjutkan meski pandemi virus corona usai. “Pasca corona semoga terus berlanjut dengan jadwal yang di sesuaikan tentunya. Disamping sebagai bahan belajar di sekolah juga bisa jadi edukasi tontonan yang baik bagi anak,” ucapnya.</div><div><br /></div><div>Disisi lain, Kepala Biro Komunikasi & Hubungan Masyarakat Evy Mulyani mengatakan, konten di TVRI merupakan alternatif pembelajaran selama masa pandemi Covid-19. Program belajar dari rumah berkaitan dengan berbagai materi pembelajaran mulai dari PAUD, pendidikan dasar, hingga menengah.</div><div><br /></div><div>Pada hari kerja, akan disiarkan acara yang berkaitan dengan pembelajaran, namun di akhir pekan akan berisi tentang berbagai konten kebudayaan.</div><div><br /></div><div>“Kerjasama dengan TVRI dilaksanakan selama 3 bulan. Tentunya Kemendikbud juga akan melakukan evaluasi, atau menerima berbagai masukan dari berbagai pihak terkait dengan kualitas konten, model pedagogik, dari segi waktu dan lainnya,” tuturnya. (*)</div><div><br /></div><div>sumber : https://nasional.tempo.co/read/1335437/program-belajar-bersama-tvri-membantu-anak-autis-guru-ini-berharap-acara-terus-berlanjut/</div>

Belajar di Rumah bersama TVRI

Pandemi virus corona atau Covid-19 telah memaksa berbagai aktivitas untuk dilakukan di rumah, yakni bekerja dari rumah bagi karyawan, dan be...

Baca selengkapnya »

Apa itu Terapi Okupasi?

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijNxBuX6MehgMrgHnDphYaqtNP6aeLaNppgkkeie3JeAj5jb2hnt2WucZvaiwrJ-J0_JixD3sMf_qB9Tb3MYGWD5fdEOaCZhvWqiHfIfViJu0YQHi9qf4QU4oBiaA6KvgKFz9NTGa5SLM/s1600/puzle.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="puzzle" border="0" data-original-height="1024" data-original-width="1024" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijNxBuX6MehgMrgHnDphYaqtNP6aeLaNppgkkeie3JeAj5jb2hnt2WucZvaiwrJ-J0_JixD3sMf_qB9Tb3MYGWD5fdEOaCZhvWqiHfIfViJu0YQHi9qf4QU4oBiaA6KvgKFz9NTGa5SLM/s200/puzle.jpg" title="puzzle anak okupasi terapi" width="200" /></a></div> <br /> <br /> Pernah mendengar terapi okupasi? Dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus, terapi okupasi identik dengan melatih motorik halus, seperti menulis, menggambar, dan hal-hal lain yang membutuhkan konsentrasi lebih. Terapi okupasi berasal dari kata occupation, yang artinya pekerjaan. Yang dimaksud pekerjaan di sini tak hanya meliputi profesi, tetapi juga seluruh aktivitas seperti melakukan hobi dan merawat diri (self-care). Jadi cakupan yang ditangani oleh terapis okupasi sebenarnya sangat luas, bahkan termasuk sensori intergrasi, memory training, social skill training, dan aspek psikologis. Pada ABK, terapi okupasi biasanya akan diberikan saat anak sudah mencapai level tertentu dalam terapi perilaku maupun terapi sensori intergrasi. Hanif disarankan untuk ditambah sesi terapi okupasi setelah menjalani terapi perilaku dan SI selama 1,5 tahun. Ini dikarenakan untuk menjalani terapi okupasi, anak harus bisa duduk tenang dan paham instruksi. Dalam sesi terapi permulaan, anak akan diberikan aktivitas yang dapat memperkuat motorik halusnya melalui permainan maupun tugas. Selanjutnya anak juga diajarkan bagaimana cara merawat diri, seperti memakai baju, memakai sepatu bertali, dan lain-lain. Berbagai keterampilan atau hobi seperti menjahit, meronce kalung, mengetik juga dapat dimasukkan dalam kegiatan terapi okupasi. Berikut beberapa aktivitas yang dilakukan dalam terapi okupasi awal.<br /> <br /> 1. Pegs puzzle atau Pegs board<br /> <br /> Mainan edukatif ini bermanfaat untuk latihan pre-writing, melatih tangan anak untuk menjumput sebagai persiapan untuk belajar menulis. Di rumah, kita juga bisa menggunakan kerikil akuarium atau biji kedelai gantinya. Minta anak untuk mengambilnya satu per satu dan memasukkannya ke wadah bercorong sempit seperti bekas botol yakult.<br /> <br /> 2. Pencil grip<br /> <br /> Anak terkadang sulit memegang pensil dengan benar. Dengan bantuan pencil grip yang dapat dipasang di pensil atau pulpen, anak akan lebih mudah memposisikan ketiga jarinya karena terdapat tiga cekungan berbeda di pencil grip untuk masing-masing jari. Jika anak sering mengeluh capek menulis, mungkin saja caranya memegang pensil salah dan kita bisa membiasakannya memegang pensil secara benar dengan alat bantu ini. Bentuk dan model pencil grip sangat beragam.<br /> <br /> 3. Penjepit<br /> <br /> Penjepit berguna untuk melatih kekuatan tangan sekaligus kontentrasi. Minta anak untuk memindahkan biji-bijian dengan penjepit. Untuk di rumah, bisa juga menggunakan penjepit botol bayi (minta anak memindahkan benda yang agak besar) atau jepitan jemuran (minta anak menjepitkannya ke tepi buku). Latihan kekuatan tangan dapat juga dilakukan dengan aktivitas mencocok dan mengocok air sabun memakai kocokan telur.<br /> <br /> 4. Menulis Dot-to-dot<br /> <br /> Tahapan awal menulis adalah menggunakan dot-to-dot. Setelah dot-to-dot, anak diajarkan menyalin tulisan dengan diberikan contoh dan tahapan berikutnya barulah menulis dengan dikte. Anda bisa membuat latihan dot-to-dot sendiri atau membeli buku latihannya.<br /> <br /> Demikian sekilas tentang terapi okupasi. Tulisan ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi dan ingatan saya tentang artikel yang pernah saya baca. Semoga bermanfaat...<br /> <br /> sumber : http://rachmaaprilia.blogspot.com/2013/03/apa-itu-terapi-okupasi-terapi-3.html</div>

Apa itu Terapi Okupasi?

Pernah mendengar terapi okupasi? Dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus, terapi okupasi identik dengan melatih motorik halus, sepert...

Baca selengkapnya »

Pentingnya Deteksi Dini untuk Anak Berkebutuhan Khusus

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemain film Dian Sastrowardoyo mengungkapkan anak pertamanya mengidap autisme. Dia mengetahui kondisi itu pada anaknya sejak usia delapan bulan. Dian dan suami pun langsung memberikan penanganan kepada putranya.<br /> <br /> “Kabar baik dari terapi cukup dini dari delapan bulan, saya terapi non-stop sampai empat tahun hingga di umur enam tahun, anak saya dinyatakan tak butuh terapi lagi,” kata perempuan berusia 37 tahun itu dalam jumpa pers Special Kids Expo (SPEKIX) 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Jumat (23/8).<br /> <br /> Saat ini, putra Dian sudah berusia delapan tahun dan duduk di bangku kelas III sekolah dasar (SD). Dian membanggakan putranya yang bernama Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo itu bisa mengikuti pelajaran denga baik, memiliki banyak teman, dan kemampuan sosialnya meningkat.<br /> <br /> “Intervensi sangat dini itu dibutuhkan. Sekarang umur delapan tahun, saya banyakin les, kayak basket, berenang,” ujar Dian.<br /> <br /> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody> <tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhI22GxalWjFtmSJXF52fjimKa42fKLFHAbWDg5Di-m40f_3IOR0o8bQ7ACAFB49uvJzhmJCa3m_2ftPL2N5OPJHAvFCfZieo3r8GqW9YeXN4iDGSD4QoUrN8txlTq41slTw7woFLZRnwc/s1600/gangguan-spektrum-autisme.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="pentingnya deteksi dini" border="0" data-original-height="393" data-original-width="700" height="179" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhI22GxalWjFtmSJXF52fjimKa42fKLFHAbWDg5Di-m40f_3IOR0o8bQ7ACAFB49uvJzhmJCa3m_2ftPL2N5OPJHAvFCfZieo3r8GqW9YeXN4iDGSD4QoUrN8txlTq41slTw7woFLZRnwc/s320/gangguan-spektrum-autisme.jpg" title="deteksi dini autism" width="320" /></a></td></tr> <tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">autism</td></tr> </tbody></table> <br /> <br /> Dian dan suami, Indraguna Sutowo menekankan intervensi autisme berupa terapi wicara dan perilaku pada putranya. Menurut Dian, terapi perilaku penting sekali untuk melatih anak berlaku.<br /> <br /> Biasanya, pengasuh anak, selalu memberikan minum atau makan pada sang anak, ketika mereka belum meminta. Namun, Dian dan suami sepakat tidak akan menjalankan kebiasaan itu. Dian dan keluarga hanya akan memberi sampai sang anak sendiri yang meminta.<br /> <br /> “Jadi, kita meminta anak ini untuk berbicara, dengan sopan tentunya, kita cuma mau mendengarkan dia ngomong, ada kontak mata,” kata dia.<br /> <br /> Sebenarnya, Dian dan suami banyak belajar dari proses terapi perilaku untuk anak itu. Dian tak pernah menutupi kondisi anaknya yang memiliki gangguan saraf itu kepada siapa pun. Bahkan, dia selalu berbagi tips dan kisah sukses melatih dan menerapi putranya, jika ada yang bertanya.<br /> <br /> Terkait alasannya bergabung dalam acara SPEKIX 2019, Dian mengaku terharu dengan penyelenggaraan SPEKIX 2019 yang dilakukan atas dasar sosial. Acara SPEKIX 2019 bisa menjadi sumber berbagai informasi untuk orang tua yang ingin mencari tahu lebih banyak menganai autisme.<br /> <br /> "Saya pengen banget orang terbuka saja, apakah anak punya kebutuhan khusus, butuh dibantu. Kalau ditolong sejak kecil, ternyata di umur SD sudah dianggap tak terlalu berbeda dari anak normal," ujar Dian.<br /> <br /> sumber : republika.co.id dengan judul "Dian Sastro: Intervensi Awal Penting Bagi Penanganan Autisme"</div>

Pentingnya Deteksi Dini untuk Anak Berkebutuhan Khusus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemain film Dian Sastrowardoyo mengungkapkan anak pertamanya mengidap autisme. Dia mengetahui kondisi itu pada a...

Baca selengkapnya »

Gejala Anak Kita Menyandang ADHD

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> Pernah dengar ADHD? Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan sebuah gangguan pada perkembangan otak yang menyebabkan penderitanya menjadi hiperaktif, impulsif, serta memiliki kesulitan atau hambatan dalam memusatkan perhatian. Kondisi ini merupakan gangguan kesehatan mental yang kompleks dan bisa memengaruhi keberhasilannya di sekolah dan juga dalam hubungan sosialnya.<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTXi9-1MbS1dUf6KbxOtULWDmmHv00Vr7kDOZmXKUqwqDlaRhtOXLfeWav46llmie6iqwyiw6KJ4DiJEAK-TC71qOY_d-TCdI5XNtotqojZqQFAElCJASfdzkKiO4bJknZfP9JIJZA5Mg/s1600/ilustrasi_adhd.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="ciri adhd" border="0" data-original-height="467" data-original-width="700" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTXi9-1MbS1dUf6KbxOtULWDmmHv00Vr7kDOZmXKUqwqDlaRhtOXLfeWav46llmie6iqwyiw6KJ4DiJEAK-TC71qOY_d-TCdI5XNtotqojZqQFAElCJASfdzkKiO4bJknZfP9JIJZA5Mg/s320/ilustrasi_adhd.jpg" title="adhd" width="320" /></a></div> <br /> Gejala ADHD ini bisa berbeda pada setiap anak. Seringkali seorang anak harus menjalani serangkaian proses evaluasi dan tes yang dilakukan oleh dokter untuk mengetahui apakah ia mengidap ADHD atau tidak. Dilansir dari healthline.com, gejala ADHD bisa mulai muncul saat seorang anak mencapai usia 7 tahun. Secara umum, gejala ADHD pada anak itu meliputi 14 hal ini. Yuk, moms pahami satu per satu.<br /> <br /> 1. Hanya Fokus pada Diri Sendiri<br /> Salah satu gejala umum ADHD adalah tidak mampu mengenali atau memahami kebutuhan orang lain. Cenderung hanya fokus pada diri sendiri, cuma menuruti kemauan sendiri.<br /> <br /> 2. Suka Mengganggu<br /> Anak dengan ADHD seringkali mengganggu orang lain. Seperti menyela obrolan atau mengikuti permainan yang dilakukan oleh orang lain.<br /> <br /> 3. Nggak Sabar Menunggu Giliran<br /> Menunggu merupakan kegiatan yang paling dibenci. Saat antre atau menunggu giliran, seorang anak ADHD dikenal nggak sabaran.<br /> <br /> 4. Gampang Rewel<br /> Saat masih kecil, sering tantrum atau rewel berlebihan. Ia juga sulit mengendalikan emosinya dan gampang marah tanpa alasan yang jelas.<br /> <br /> 5. Gampang Gelisah<br /> Anak dengan ADHD susah sekali disuruh duduk diam. Dia gampang sekali gelisah dan nggak bisa tenang.<br /> <br /> <br /> Waspadai gejalanya, ya moms./Copyright pexels.com<br /> <br /> 6. Susah Bermain dengan Tenang<br /> Bermain dengan tenang sangat sulit dilakukan anak dengan ADHD.<br /> <br /> 7. Susah Mengerjakan Sesuatu dengan Tuntas<br /> Anak ADHD bisa memiliki banyak minat dan hobi. Hanya saja memiliki kesulitan dalam menyelesaikan sesuatu sampai tuntas. Belum menyelesaikan satu hal, sudah berganti melakukan hal lain.<br /> <br /> 8. Susah untuk Fokus<br /> Sering mendapati si kecil nggak mau fokus atau mendengar saat kita menasihatinya? Waspada ini juga tanda ADHD pada anak. Anak dengan ADHD biasanya memiliki kesulitan untuk memusatkan perhatian.<br /> <br /> 9. Nggak Betah Melakukan Sesuatu yang Membuatnya Berpikir Keras<br /> Dia tidak bisa tenang dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Tak pernah bisa menyelesaikan PR atau tugas sekolah. Ini juga bisa jadi tanda ADHD. Segala sesuatu yang membutuhkan kemampuan mental untuk berpikir keras seringkali dihindari anak dengan ADHD ini.<br /> <br /> 10. Susah Mengikuti Instruksi<br /> Anak dengan ADHD memiliki kesulitan dalam mengikuti instruksi atau menjalankan sebuah rencana. Sehingga ia sering melakukan banyak kesalahan, tapi ini bukan berarti ia pemalas atau kurang cerdas.<br /> <br /> 11. Sering Melamun<br /> Anak dengan ADHD nggak selalu tipe yang suka bikin ribut atau bikin onar. Gejala lain ADHD adalah lebih pendiam dan sering menghindari teman-temannya. Ia cenderung lebih suka melamun dan mengabaikan semua hal yang terjadi di sekelilingnya.<br /> <br /> 12. Nggak Bisa Rapi dan Disiplin<br /> Susah sekali baginya untuk lebih rapi atau disiplin mengikuti setiap rencana dan jadwal yang sudah dibuat.<br /> <br /> 13. Pelupa<br /> Dia gampang lupa dengan PR, tugas sekolah, dan sebagainya. Bahkan bisa lupa dengan barang-barang yang dimilikinya, seperti mainannya.<br /> <br /> 14. Gejala yang Sama Muncul di Situasi Berbeda<br /> Anak dengan ADHD akan memperlihatkan gejalanya tidak hanya di satu situasi saja. Misalnya, soal susah fokus, ia melakukannya tak hanya di sekolah tapi juga di rumah. Jadi semacam ada "konsistensi" di sini.<br /> <br /> Setiap anak biasanya akan melewati masa tumbuh kembangnya dengan caranya sendiri. Hanya saja kita sebagai orang tua perlu lebih waspada bila anak menunjukkan gejala ADHD dalam kurun waktu yang lama dan berulang. Apalagi kalau perilakunya mulai mengganggu sekolah dan interaksi sosialnya, kita perlu memberi perhatian lebih padanya.<br /> <br /> Jangan ragu untuk menghubungi dokter atau psikolog untuk memonitor tumbuh kembang anak juga, ya moms. Semoga infonya bermanfaat.<br /> <br /> sumber : https://www.fimela.com/parenting/read/3773541/14-gejala-adhd-pada-anak-moms-wajib-tahu</div>

Gejala Anak Kita Menyandang ADHD

Pernah dengar ADHD? Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan sebuah gangguan pada perkembangan otak yang menyebabkan pende...

Baca selengkapnya »